Friday 14 July 2017

Komodo Island: The Last Jurrasic Park - a guidetour part 2.

.................Part 2.

Gerbang Masuk Pulau Komodo

Perjalanan  dari pulau padar menuju komodo sekitar 1 jam. Jeng jeng jeng, mendekati pulau komodo, mulai terlihat dermaga panjang di tepi pantai. Kami pun merapat dan sekali lagi kapten kapal mengatakan bahwa waktu yang dihabiskan di komodo hanya sekitar 1 jam. Saya dan rombongan (mas-mbak bule) agak celingak-celinguk karena bingung harus menuju kemana (kru kapal tidak ikut kami turun). Untungnya, ada bapak-bapak yang mengarahkan untuk menuju kantor yang lokasinya lurus dengan dermaga pantai. Di kantor tersebut, kami dipandu ke sebuah ruangan untuk membayar biaya masuk pulau komodo. Saya dan kedua saudara saya dipisah dengan ke 9 turis tersebut karena biayanya beda. Jujur, agak kaget ketika harus membayar, karena saya kira biaya 500rb diawal sudah termasuk biaya masuk komodo, ternyata tidak! Hehehe untungnya kami membawa uang lebih karena biaya masuk komodo lumayan mahal sekitar 75rb per orang (biaya ini sudah termasuk biaya entry pulau komodo, tracking, hiking, snorkeling, biaya ranger, biaya hari libur- intinya seluruh kegiatan di taman nasional komodo). Sebagai info, wisatawan luar dikenakan biaya sekitar 250rb loh guys!


Kebanggan Indonesia

Short track, Medium track, and Long track of Komodo Islan Tour

Setelah membayar, kami kemudian bergabung lagi dengan para bule dan dipandu oleh 3 orang ranger/guide dan diberi briefing tentang peraturan di komodo. Intinya, harus selalu berada di belakang ranger dan tidak boleh berteriak/gerakan reflek/lari/dan gerakan-gerakan yang akan memancing komodo mengejar kamu. Setelah itu, kami langsung berangkat mencari komodo, yap, jadi di pulau ini, kalian tidak akan diajak ke sarang komodo atau penangkaran nya, karena memang tidak ada. Jadi, komodo di pulau ini benar-benar dilepas dan hidup dengan bebas. Mereka tidak diberi makan oleh pengelola dan juga tidak dikurung. Hal inilah yang membuat pulau ini menjadi new 7 wonder of nature karena keaslian habitatnya tanpa campur tangan manusia. Ada sekitar 1000 komodo di pulau komodo ini dan mereka lebih banyak tinggak di dalam hutannya. Karena kami datang di musim kawin, tidak banyak komodo yang berkeliaran di sekeliling kantor. Yap, benar sekali, mereka berjalan-jalan di sekitar kantor yang jaraknya tidak sampai 100m. Bahkan, ketika rombongan kami baru berjalan sekitar 5 menit, ranger langsung berhenti karena ada komodo tepat di depan kami yang sedang tidur di bawah pohon. Kami bisa berdiri cukup dekat, hanya 2 meter, dari si komodo karena ia sedang tidur dan juga karena usinya yang sudah cukup tua. Ranger kemudian menjelaskan tentang si komodo yang ternyata sudah kakek-kakek dan buta. Salah satu ranger kemudian berbisik kepada kami dan menawarkan untuk berpisah dengan rombongan bule agar bisa berfoto dengan komodo tersebut. Setelah rombongan bule pergi, saya dan kedua saudara berfoto dengan komodo tersebut didampingi oleh ranger.


Ranger mendekati komodo

Grandpa Komodo

Bercengkrama dengan Komodo

Setelah itu, kami bersama ranger mencari komodo di sekeliling. Belum 5 menit berjalan, ranger mengatakan bahwa ada komodo kecil sedang  berjalan di tepi pantai. Ranger langsung mengejar dan kami membututi di belakang seperti anak ayam. Walaupun komodonya masih kecil, tapi tetap saja ia adalah binatang liar dan larinya gesit. Saya pun mengambil video dengan jarak yang cukup jauh dan tidak berani mengeluarkan suara karena takut komodo akan mengejar. Setelah komodo tersebut menjauh, kami ditawari untuk melihat view laut dari atas bukit. Kami kemudian tracking sekitar 10 menit ke atas bukit kecil dan berfoto sebentar. Ranger kemudian mengantar kami ke area depan kantor dan berpamitan. Yap, tur komodo nya memang hanya sebentar saja, karena kami kesini memang hanya ingin melihat komodo dari dekat, dan sudah terpenuhi. Jadi, selanjutnya kami bisa beristirahat sambil melihat deretan kios-kios yang berjualan baju kaos komodo. Harga kaos disini sekitar 80-150rb, tapi pintar-pintarlah menawar karena harga bisa turun hingga 50rb. Lumayanlah, sebagai pengingat bahwa kami sudah ke komodo. Setelah rombongan bule selesai tracking, kami kemudian kembali lagi ke kapal untuk melanjutkan perjalanan ke pink beach.


Komodo Berlarian di Tepi Pantai

Dermaga Pulau Komodo

Perjalanan ke pink beach memakan waktu sekitar 45 menit. Pink beach ini masih berada di wilayah komodo bagian utara. Dalam perjalanan, kami menyantap makan siang. Menu yang diberikan rata-rata adalah ayam (ada yg digoreng/dibumbu saos/digoreng pakai telur), tahu-tempe, sayur, sambal. Porsi yang diberikan sangat jumbo dan cocok bagi wisatawan yang sudah setengah harian berkegiatan di komodo. Fiuh, bayangkan saja kalau porsinya ala cafe, dijamin bakal kelaparan hehehe. Setelah kenyang menyantap bekal, sampailah kami di pink beach. Seperti namanya, pasir di pantai ini berwarna pink dan akan terlihat jelas warnanya pada saat sore hari. Sayangnya, kami sampai di pink beach saat mahatari sedang terik sehingga warna pasirnya terlihat pink muda. Kapal kami tidak dapat merapat di pink beach karena memang tidak ada dermaga dan airnya cukup dangkal. Disediakan ojek kapal bermotor untuk anda yang ingin berfoto ke pink beach dengan biaya 20rb PP. Nah, di pink beach inilah lokasi untuk snorkeling. Jadi, anda bisa berenang ke daratan dengan jarak sekitar 100 m atau menggunakan ojek kapal atau sekedar bersenorkeling ria di sekitar kapal saja. Saya dan saudara lebih memilih untuk snorkeling di sekeliling kapal saja cuaca yang terik sehingga agak malas untuk bermain di pantai. Waktu yang diberikan di tempat ini sekitar 1 jam. Kami pun bersiap-siap mengganti pakaian renang, menggunakan  lifejacket dan memakai alat snorkeling. Jujur saja, ini adalah pengalaman saya pertama kali snorkeling, jadi agak takut juga walaupun sudah pakai lifejacket. Tapi, seperti mantra di awal yang sudah saya bilang, sudah melewati 7 samudra, keluar waktu dan biaya banyak, gak mungkin kan hanya karena takut lalu kita gak jadi snorkeling? Hehehe. Yap, saya pun akhirnya dengan berbekal doa yang banyak kemudian pelan-pelan menenggelamkan diri ke tengah laut. Sungguh saya akan menyesal seumur hidup jika saya awalnya tadi tidak jadi menyelam, karena terumbu karangnya cantik banget! Waow! Air lautnya juga sangat jernih sehingga jarak pandang kita di dalam air juga sangat jelas. Pokoknya, so woderfull!


Sebuah Gundukan Pasir di Tengah Laut dengan Perbedaan Warna Air Laut

Snorkeling Activity
Persiapan Snorkeling

Tapi, kebahagiaan saya hanya beberapa menit saja karena saya tidak memakain pakaian renang sehingga agak berat bergerak di air (tips: bawa pakaian renang ya, yang asli, kalaupun gak ada, bawa baju buat menyelam yang ringan). Selain itu, lifejacket saya agak kebesaran dan saya juga masih kikuk dengan alat snorkelingnya hehehe maklum baru pertama kali. Alhasil, saya terbawa arus air yang pada saat itu lumayan deras sehingga saya terbawa arus hingga berjarak cukup jauh dari kapal. Saya dan saudara hanya bisa tertawa karena tidak bisa berenang ke arah kapal. Saya pun kemudian meminta bantuan dari kapten kapal untuk ditarik kembali ke kapal, sungguh memalukan. Tapi, apakah saya kapok? Tidak! Hehehe saya kembali ke kapal untuk membenahi peralatan lalu kembali menyelam lagi walaupun sambil berpegangan di tangga nya kapal, takut kebawa arus lagi hehe. Selain snorkeling, kami juga memberi makan ikan-ikan dengan sisa nasi kami. Ikan-ikan tersebut langsung datang mengerubuni kapal, serasa di dalam kolam ikan saja loh. Pokoknya, waktu serasa tidak berjalan di tempat ini karena kami sangat menikmati bermain di tengah laut yang masih alami.

Setelah puas bermain air, kapten kemudian meminta kami semua naik kapal untuk melanjutkan perjalanan ke manta point yang berjarak sekitar 30 menit. Manta point ini adalah tempat berkumpulnya ikan pari manta di tengah laut. Pari manta ini sangat besar dan berbeda dengan ikan pari yang biasa karena tidak punya cucut/sengat, jadi aman untuk berenang di sampingnya. Karena kedinginan, saya dan saudara langsung ganti baju, sedangkan bule-bule masih santai dengan bikini dan pakaian renangnya. Nah, sampai di manta point, ternyata banyak juga kapal wisatawan lain yang sedang bertengger mencari pari manta nya. Manta point ini benar-benar di tengah laut lepas loh. Untuk mencari pari manta nya, kapten kapal dan kru harus jeli mencari pergerakan di laut. Dalam waktu sekitar 10 menit, kru kapal berteriak mengatakan bahwa ada pari manta yang mendekat. Ia pun kemudian bertepuk-tepuk tangan agar pari manta nya semakin mendekat ke kapal. Yap, benar saja, Pari manta dengan besar satu meter kemudian merapat ke kapal kami! Wah, saya cuma bisa menganga sambil merekam. Bule-bule yang memang jago menyelam, langsung turun dan ikut berenang dengan pari manta tersebut. Kalau anda memang jago berenang, momen ini rugi untuk dilewatkan. Kapan lagi bisa berenang dengan ikan pari di habitat aslinya, iya kan? Setelah satu pari manta tersebut yang terlihat, kami tidak melihat lagi pari manta yang lain karena mungkin kami nya yang sedang tidak beruntung karena biasanya banyak pari manta di sekitar manta point.


Senja di Taman Nasional Komodo

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore dan kami pun bergegas pulang menuju labuan bajo. Perjalanan pulang selama 2,5 jam tidak terasa lama karena pemandangan laut serta gugusan pulau kecil di sekitar taman nasional yang indah terkena matahari sore. Sekitar pukul 17.30 kami merapat ke pelabuhan dan dengan langkah yang sedikit goyah kembali ke hotel untuk bersih-bersih. Perut yang lapar memaksa kami untuk kembali ke deretan kuliner di pinggir pelabuhan walaupun badan sudah lelah sekali. Setelah selesai makan malam, kami langsung kembali ke hotel untuk istirahat karena esok pagi harus segera ke pelabuhan untuk berangkat menuju Sape. Esok paginya, pada pukul 08.00 kami sudah check out dan menuju ke pelabuhan. Biaya kapal ferry dari labuan bajo menuju sape adalah 60rb/orang dengan waktu tempuh sekitar 7 jam. Kapal ferry yang ke sape ini beroperasi sebanyak 3 kali dalam satu hari yaitu pukul 09.00, 15.00, dan 00.00. Jadi, bagi anda yang mungkin ingin lebih santai bisa berangkat menggunakan kapal pukul 15.00. Tapi, juga harus memperhitungkan waktu tiba di sape karena mendekati tengah malam. Nah, kapal kami sudah bertengger dan kami pun langsung masuk ke kapal. Melihat kondisi kapal dengan ruang VIP yang kurang bagus, kami langsung menyewa satu kasur tidur seharga 25rb dan memblock satu kursi panjang yang cukup untuk 4 orang. Kami menaruh kasur tersebut tepat di depan kursi sehingga 2 orang bisa tidur di kasur dan satu orang tidur di kursi, lumayan nyamanlah untuk perjalanan selama 7 jam. Kapal mulai berangkat pukul 10.00 dan semua kursi di kapal sudah terisi. Banyak juga yang tidur di lantai seperti kami. Selama perjalanan, air laut sangat tenang bahkan tidak terasa seperti naik kapal. Oh ya, di kapal ini tersedia cafetaria yang menjual popmie, mi rebus/goreng (seharga 18rb/porsi), jajanan, dan minuman. Untuk makan siang, kami sudah persiapan sebelumnya dengan membeli nasi bungkus di pelabuhan seharga 15rb dengan lauk ayam. Intinya, jika ingin nyaman selama perjalanan laut 17 jam, persiapkanlah diri dengan baik. Bawalah jaket, kain sarung/bali, kaos kaki, serta jajanan supaya tidak membeli di kapal dengan harga yang lumayan mahal.


The Ending of our Trip

Akhirnya kami sampai di pelabuhan sape pada pukul 4 sore. Hati-hati dengan para calo bis karena mereka akan mencari penumpang dengan gesit. Jaga barang bawaan dengan seksama karena situasi saat turun kapal lumayan rusuh. Nah, untuk mencapai kota bima, ada beberapa alternatif yang bisa dipakai. Anda bisa menggunakan bis kecil menuju kota bima yang kondisinya sudah jelek, tidak ber ac, dan sesak dengan harga 30rb/orang. Anda juga bisa menggunakan rentcar seharga 200-300rb permobil atau menggunakan ojek seharga 100rb. Jarak tempuh antara sape dan bima adalah 1 jam. Dari kota bima, anda bisa menggunakan menggunakan bis malam untuk menuju kota dompu, sumbawa dan mataram. Anda juga bisa menginap selama satu malam dan melanjutkan perjalanan ke kota asal anda dengan menggunakan pesawat keesokan harinya. Nah, karena rumah saya di dompu, saya menggunakan rentcar menuju bima seharga 250rb lalu kemudian dijemput di bima. Alhamdulillah, perjalanan panjang kami selama 1 minggu berakhir dengan muka gosong tetapi hati bahagia. See ya di guidetour perjalanan lainnya!

Jajaran Kapal di Pelabuan Labuan Bajo

Totalan yuk! Jadi, ini saya totalkan kisaran biaya yang saya habiskan selama di labuan bajo (karena saya pergi bertiga, jadi harga yang sifatnya gabungan akan saya bagi tiga):

  • -          Tiket Pesawat ende-labuan bajo : Rp 325.000
  • -          Sewa mobil bandara-hotel-gua cermin-hotel (harga saya bagi tiga) : Rp 200.000 / 3 = Rp 67.000
  • -          Sewa hotel 2 hari + ekstra bed (harga saya bagi tiga): Rp 800.000 / 3 = Rp 270.000
  • -          Biaya tur kapal : Rp 500.000
  • -          Biaya masuk taman nasional komodo : Rp 75.000
  • -          Biaya makan malam 2x, minum, jajan, dll : Rp 100.000
  • -          Biaya kapal ferry labuan bajo-sape: Rp 60.000


Jadi, kasarannya (diluar biaya saya beli souvenir) uang yang saya keluarkan selama di labuan bajo adalah: Rp 1.397.000. Murah kan? Apalagi kalian sudah saya beri trik-trik nya seperti biaya tur yang bisa jauh lebih murah dan biaya sewa mobil dari airport.

Nah, cara menuju labuan bajo juga bisa ditempuh dengan berbagai rute, yuk disimak:
-        - Menggunakan pesawat dengan tujuan labuan bajo
-        - Menggunakan jalur darat (bis-rentcar) hingga ke sape, lalu menaiki kapal ferry ke labuan bajo
-     - Menggunakan pesawat dengan tujuan bima, lalu menggunakan jalur darat (bis-rentcar) menuju sape, lalu menaiki kapal ferry ke labuan bajo
-     - Atau, dengan rute saya seperti di awal, menggunakan kapal awu dari bima ke ende, lalu menggunakan pesawat dari ende ke labuan bajo.

Fiuhhh, panjang ya, mudah-mudahan anda tidak bosan. Semoga menginspirasi anda untuk mengepak barang, memesan tiket, dan segera melancong. Alam indonesia menunggumu! See you!

Thursday 13 July 2017

Komodo Island: The Last Jurrasic Park - a guidetour part 1.

Hi from Labuan Bajo!


Jeng..jeng..jeng! yaiy! Ini nih yang ditunggu-tunggu, what to do in Labuan Bajo and how much money you must prepare, be ready!

Setelah puas menghabiskan waktu di Ende, kami para petualang kece (hahaha) melanjutkan perjalanan ke bumi komodo. Yap, finally, setelah bertahun-tahun hanya bisa memendam keinginan kesana karena pemikiran bahwa ke komodo itu sangat mahal, kami pun berhasil menjejakkan kaki di salah satu kabupaten di Flores yaitu Labuan bajo. Apakah memang benar ke komodo itu mahal? Mau tau? Simak yuk!

Labuan Bajo dari Ketinggian

Dari Ende, saya menggunakan pesawat wingsair dengan harga tiket sekitar 320rb dan jam keberangkatan pada pukul 07.25. Perjalanan ke labuan bajo hanya memakan waktu 45 menit saja. Oh ya, bandara ende terletak persis di tengah kota dan saya hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk menuju bandara dari kediaman. Selayaknya tempat umum lain di ende, bandara ende juga terlihat bersih walaupun kecil. Kami boarding tepat sesuai jadwal dan ketika masuk di pesawat saya cukup kaget karena banyak sekali kursi yang kosong, mungkin karena jarang turis yg menggunakan pesawat menuju labuan bajo. Nah, ketika memasuki wilayah labuan bajo, anda akan disuguhi salah satu pemandangan pulau dan laut yang luar biasa, seriously! Jajaran pulau-pulau kecil di sekitar labuan bajo dan air laut yang jernih menambah keindahan salah satu kabupaten tersohor di indonesia ini. Kami landing dengan mulus dan memasuki terminal bandara komodo yang walaupun kecil tapi terlihat elegan.


Bandar Udara Komodo

Nah, jujur saja, seharusnya kami berangkat dengan seorang kakak yang akan menjadi guide kami selama di labuan bajo, tetapi pada hari keberangkatan, kakak tersebut tidak jadi berangkat sehingga kami harus seorang diri mengurus segala keperluan di labuan bajo (padahal kami semua baru pertama kali kesana!). Untungnya saja, jauh hari sebelum perjalanan dimulai, saya sudah mencari informasi tentang hotel, transportasi serta tur di komodo sehingga sedikit banyak sudah ada gambaran mengenai biaya yang akan dikeluarkan serta rute perjalanan. Ketika sampai di terminal bandara, kami hanya berbekal jemputan seorang teman dari kakak tersebut yang akan mengantar kami ke hotel serta berkeliling labuan. Nah, bagi kalian yang bingung bagaimana transportasi dari bandara ke hotel, tidak perlu takut, karena ada transportasi resmi yang disediakan bandara. Oh ya, di labuan tidak ada taksi ya (uber apalagi hehehe). Kalian bisa langsung mendatangi bagian informasi dan disana sudah ada langsung biaya sewa mobil ke setiap hotel. Harganya bervariasi, tergantung jauhnya hotel yang dituju. Harga rata-rata 50-70rb per mobil (mobilnya rata-rata avanza/zenia) dari bandara menuju hotel. Jarak bandara ke hotel sebetulnya cukup dekat hanya sekitar 5-10 menit saja menggunakan kendaraan. Biasanya, turis mancanegara lebih suka jalan kaki menuju hotel, nah, ada yang mau mencoba?


Deretan Pegunungan di Manggarai Barat

Jemputan kami datang dengan menggunakan mobil avanza dan kami langsung meminta tolong untuk mengantarkan kami ke hotel dengan kriteria: dekat dengan pelabuhan, bersih, aman dan harganya oke. Supir pun langsung mengantarkan kami ke Orange Hotel yang letaknya persis hanya 100 meter dari pintu pelabuhan, dekat kan? Hotelnya tepat berada di pojok jalan sehingga mudah dicari dan berjarak 5 rumah dengan masjid labuan bajo. Harga sewa hotelnya adalah 350rb/malam + extra bed 50rb. Harga ini sudah termasuk sarapan (kami hanya sempat sarapan satu kali, tersedia menu roti tawar dan nasi). Kamarnya bersih, tersedia 2 single bed, TV, AC, WiFi, kamar mandi toilet duduk, handuk, air minum dan jemuran di luar kamar. Satu hal yang kami sangat sukai dengan hotel ini adalah pelayanannnya super ramah dan bapak pemilik hotelnya juga baik banget. Hotel ini terdiri dari 3 lantai dan 2 bangunan. Bangunan pertama pada lantai 1 dan 2 berupa kamar dengan AC, sedangkan lantai 3 nya adalah cafetaria dan office.  Bagi kamu yg ingin menginap ala backpaker dengan kamar mandi luar, hotel ini juga menyediakan di gedung sebelahnya dengan harga 100rb-200rb/malam. Intinya, hotel ini rekomen banget dan bagi kalian yang ingin menginap di hotel ini dapat langsung memesan via traveloka atau menelepon langsung no pemiliknya.


Pintu Masuk Gua Batu Cermin 

Dikarenakan kami check-in pada pukul 09.00, kamar yang akan kami tempati masih belum dibersihkan (karena baru saja dipakai), sehingga kami memutuskan untuk pergi ke gua batu cermin yang berjarak sekitar 10 menit dari hotel. Kami juga tidak bisa langsung ke komodo karena ternyata tur ke komodo itu dimulai jam 05.30 pagi. Nah, gua batu cermin ini adalah salah satu wisata di labuan bajo dan merupakan gua yang dulunya berada di bawah permukaan laut. Gempa tektonik lah yang membuat gua ini terangkat ke daratan. Biaya masuknya 10rb/orang dan akan ditemani guide. Sebaiknya jika ingin datang ke gua ini pada waktu siang hari ketika sinar matahari sedang terik karena akan membuat lengkungan batu nya tertimpa sinar matahari sehingga akan terlihat indah. Kami datang terlalu pagi sehingga suasana gua terkesan gelap dan suram. Jujur saja sih, agak kecewa ketika datang kesini karena terlihat biasa saja hahaha. Kami pun memutuskan untuk kembali ke hotel sambil menentukan bagaimana kami harus ke komodo keesokan hari. Oh ya, kami ke gua batu cermin menggunakan mobil sebelumnya. Sebagai info saja nih, lebih baik kalian tidak menyewa mobil selama di labuan karena harga sewanya per hari cukup tinggi yaitu 600-700rb. Jika memang kepepet ingin menggunakan mobil, lebih baik memanggil saja no kontak rentcar dan minta untuk diantar ke satu tujuan dengan tarif di satu tujuan sekitar 50rb. Jujur saja, karena ketidakpahaman kami, kami membayar hingga 200rb untuk memakai jasa mobilnya, padahal tidak sampai 1 jam, dan hanya menjemput kami ke bandara-hotel-gua-hotel. Intinya, mending tidak usah memakai jasa rentcar ya, jalan saja, karena pelabuhan dan kota berada di satu tempat.


Gua Batu Cermin

Setelah kami kembali ke hotel, beruntungnya, pemilik hotel dengan senang hati berbincang dengan kami dan kami pun mendapatkan info tur komodo dari beliau. Jadi, pengunjung di hotelnya ini akan dibantu untuk memesan kapal ke komodo. Beliau mengatakan bahwa pada peak season, seperti saat kami pergi, harganya berkisar 500rb/orang untuk tur ke komodo. Nah, kami pun langsung mengiyakan karena harga yang kami peroleh dari kakak sebelumnya adalah 3,5jt untuk 3 orang. Jujur saja, karena kondisi capek, dan karena planning di awal yang kami akan ditemani guide gagal total, akhirnya kami pun mengiyakan tawaran bapak tersebut.  Padahal, sebetulnya biaya tur ke komodo itu relatif murah sekitar 200-300rb per orang (ini harga jika kamu jeli mencari agen tur dan waktu yang tepat ya). Agen tur ini dapat kamu temukan dengan mudah di tepi jalan sepanjang pelabuhan, ada puluhan agen tur dengan harga yang bervariasi tergantung tipe tur yang mau diambil, musim liburan, dan banyaknya orang yang akan ikut. Nah, tipe tur di komodo ini (setau saya) ada 3 tipe, yaitu:


  • Tur biasa (pergi subuh pulang sore)(Kisaran harga 200rb-300rb/orang normal rate, 500rb-  700rb/orang peak season)

Sneakpeak kapal tur biasa

Tur ini cocok untuk kamu yang hanya memiliki sedikit waktu di labuan bajo dan hanya ingin melihat komodo. Tur ini biasanya akan membawa kalian ke 4 tempat utama taman nasional komodo yaitu pulau komodo, pulau padar, pink beach dan manta point. Tur dimulai dari pukul 05.30 hingga 17.00. Transportasi yang digunakan adalah kapal kayu berisi sekitar 12 orang. Fasilitas tur yang diberikan adalah kopi/teh, makan siang dalam bentuk bekal, air minum botolan, alat snorkeling, dan toilet di atas kapal. Biasanya, harga sewa satu kapal kisaran 1,8jt-2,5jt, nah, jika kalian satu rombongan berisi 12 orang, kalian bisa langsung menyewa satu kapal. Tapi, jika kalian hanya beberapa orang saja (seperti saya) sistemnya jadi gabungan dengan peserta tur dari agen lain. Harap diingat, biasanya, agen tur dengan pemilik kapal bukan dari satu orang yang sama. Agen tur akan mencari turis kemudian menghubungi pihak kapal. Jadi, sangat memungkinkan dalam satu kapal terdiri dari beberapa turis dari agen-agen lain. Intinya, anda cukup mencari harga yang sesuai kantong saja, urusan kapal serahkan saja pada agen. Nah, kalau kalian mau langsung menghubungi pihak kapal sebetulnya bisa, tapi agak ribet nanti di persiapan bekal makanannya karena anda harus mencari lagi orang yang menjual makanan di waktu subuh. Simple dan praktis, pakai agen tur saja, beres kan?


  • Tur liveaboard (menginap di atas kapal selama 2D1N atau 3D2N)(Kisaran harga 2jt-3jt/orang)
Kapal Tur Liveaboard

Kapal Tur Liveaboard

Tur ini lebih komplit dari hanya sekedar mengunjungin ke 4 tempat tersebut, karena, taman nasional komodo itu sangat luas. Dengan mengikuti tur ini, kalian bisa mengunjungi tempat-tempat lain seperti pulau rinca (disini juga ada komodonya), pulau kenawa, dan tempat lain di dalam lingkup taman nasioanal. Jadi, di tur ini kalian akan menginap di atas kapal. Eitss, jangan berprasangkan buruk dulu ya. Kapalnya kapal bagus loh, seperti di film pirates of the carribean (hampir) hehehe. Yup, kapalnya memang lebih bagus dari tur biasa, tersedia kamar dengan kasur, AC, kamar mandi, ruang santai, dapur, dan tentu saja makan akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak kapal. Bagi yang takut mabuk laut, tenang saja, perairan di sekitar taman nasional ini benar-benar tenang dan tidak terlalu bergelombang. Pada waktu malam hari, kapten kapal akan mencari tempat yang tenang sehingga tidur akan terasa lebih nyaman.  Jika ada pulau atau lokasi dimana anda ingin snorkeling, anda bisa langsung request ke kapten. Intinya, di tur ini, anda akan dimanjakan layaknya raja sambil menikmati petualangan di bumi komodo


  • Tur menggunakan speedboat (pergi subuh pulang tengah hari) (harga sewa sekitar 7jt per kapal)


Tur ini cocok bagi anda yang ingin menikmati naik speedboat dan tidak memiliki waktu banyak. Dengan menggunakan speedboat, biasanya pada waktu tengah hari anda sudah dapat kembali ke labuan bajo. Jarak 2,5jam dari labuan ke pulau padar dengan kapal biasa bisa ditempuh dengan waktu cepat menggunakan speedboat.

Nah, dari ketiga itu, yang saya pilih adalah yang pertama (mungkin saya akan pilih yang kedua jika kesana lagi hehehe). Biaya yang saya bayar untuk ke agen adalah 500rb/orang. Agen mengatakan bahwa kami harus siap pukul 05.30 dan dia akan menjemput kami langsung ke hotel. Fasilitas yang disediakan oleh agen tersebut adalah sarapan berupa kopi-teh-pisang, alat snorkeling, air minum botolan. Pada malam harinya, kami membeli perbekalan yang banyak karena siapa sih yang bakal jualan di pulau-pulau? Daripada kami kelaparan hehe. Supermarket, warung, rumah makan, ATM, bertebaran banyak sekali di dekat hotel dan sepanjang pelabuhan. Kami membawa perbekalan berupa roti, biskuit, kripik, air minum, kamera, dan baju ganti (note: don’t forget your sunscreen!) Malam hari sebelum keberangkatan, kami mencoba kuliner di sepanjang pelabuhan. Rata-rata penjual disini menjual seafood fresh seperti ikan kerapu, ikan kakap, udang, cumi, yang dibakar langsung dan disajikan dengan nasi, lalapan, dan sambal. Harga ikan nya dimulai dari 35rb per ekor. Bagi yang tidak suka seafood, terdapat penjual lalapan ayam, siomay, bakso, dan sate. Untuk harga, seporsi lalapan dihargai 25rb dengan porsi yang cukup banyak. Setiap malam, lokasi kuliner ini ramai dikunjungi turis lokal maupun internasional karena lokasinya yang strategis, di tengah pusat kota dan di pinggir pantai.


Capturing Sunrise


Okay, saatnya berpetualang!
Tepat pukul 05.30, kami sudah dijemput oleh agen dan langsung berjalan menuju dermaga yang jaraknya hanya 5 menit. Dermaga sudah ramai oleh para turis yang akan menjelajahi komodo, kru kapal dan para agen yang sibuk mengantarkan turisnya ke kapal masing-masing. Ada banyak kapal kayu standar (tur biasa) yang sudah berjejer menunggu para turis. Kami pun langsung diantar oleh agen ke kapal kami dengan didampingi 2 kru kapal. Agen membawakan bekal makan siang (ditaruh dalam kotak bekal makan besar), alat snorkeling, air minum botol, dan menawarkan untuk membuat sendiri kopi/teh dengan air panas dalam termos. Sambil menunggu penumpang lain, saya melihat-lihat kegiatan di dermaga yang sudah sibuk mulai dari pagi hari. Para agen sibuk menyiapkan fasilitas tiap tursi yang dibawanya serta kru kapal yang sibuk mengecek keadaan kapal. Akhirnya, seluruh penumpang kapal kami terisi semua oleh bule! Yap, dari 12 orang penumpang, hanya kami bertiga yang asli orang indo. Serasa kami yang jadi turis, bukan mereka, hehehe. Kapal berlabuh pukul 6 kurang saat matahari masih belum terbit. Di dalam kapal, terdiri 2 kursi panjang yang bisa diduduki hingga 5 orang dewasa, dek kapal yang diberi 2 matras sehingga bisa tidur dan buritan yang posisinya agak lebih tinggi dan lebih luas untuk menyelonjorkan kaki. Rute perjalanan standar untuk komodo adalah Pulau padar – Pulau komodo – Pink beach – Manta Point. Perjalanan ke pulau padar adalah sekitar 2,5 jam. Stop! Jangan takut laut hehehe tenang saja, karena perairan di sekitar laut flores ini bisa dibilang sangat tenang. Kapal kami pun berjalan dengan mulus hingga ke pulau padar. Oh ya, pihak kapal menyediakan pisang, air panas, teh, kopi bagi anda yang kelaparan karena belum sarapan. Ada kejadian seru dalam perjalanan, kami berpapasan dengan lumba-lumba! Seumur-umur saya baru kali itu melihat lumba-lumba di habitat asli dengan jarak hanya 2 meter. Lumba-lumbanya seakan menyambut kami di pagi hari agar semangat melakukan tur ke komodo. Jadi, jika kalian benar-benar beruntung, kalian akan berpapasan dengan lumba-lumba di perairan komodo.


Entrance of Padar Island


Tanjakan Menuju Puncak Pulau Padar

Savana Pulau Padar

Tepat pukul 08.30 kami merapat di pulau padar. Ternyata sudah banyak rombongan lain yang sudah sampai di pulau padar, baik yang sudah naik ke puncak maupun yang baru datang. Kapten kapal memberi pengumuman bahwa kami merapat disini sekitar 1 jam sehingga diharapkan bisa memaksimalkan waktu. Jadi, pulau padar ini adalah pulau kecil tidak berpenghuni  dengan bibir pantainya yang jika dilihat dari puncak menyerupai 3 bulan sabit yang berkumpul, keren banget kan? Nah, tips untuk ke pulau padar ini adalah sebaiknya menggunakan sepatu kets/sandal gunung. Hindari menggunakan sandal jepit, sepatu cantik, atau sepatu beralas licin karena kalian akan mendaki gunung yang sangat terjal, licin dan berdebu. Butuh 30 menit tanpa berhenti untuk mencapai puncak padar yang merupakan salah satu spot tercantik yang pernah saya temui, seriously! Selain terjal, tanah kering yang bertebangan juga akan membuat wajah, sepatu, dan baju kalian kotor, so, be prepare! Banyak sekali wisatawan yang tidak mampu mendaki hingga puncak karena medan yang lumayan licin serta panas matahari yang langsung membakar ubun-ubun, tapi, saran dari saya sih, anda sudah jauh-jauh melewati tujuh samudra (eaaa), ngeluarin uang banyak, meluangkan waktu yang tidak sedikit, dan anda menyerah hanya karena capek dan ngos-ngosan? Rugi banget! Hajar saja, kapan lagi anda bisa menikmati keindahan ciptahan Tuhan yang Maha Kuasa? Tips supaya bisa sampai puncak dan dapat foto hits : Jalan lah dengan ritme konstan dari awal hingga akhir, jangan cepat diawal-lambat diakhir, bikin capek. Jalan pelan saja tapi tidak berhenti, karena jika anda berhenti sekali saja dijamin akan susah untuh jalan lagi. Lalu, bernafaslah dengan menggunakan hidung, jangan menggunakan mulut jika sudah ngos-ngosan, bakal lebih capek jika menggunakan mulut. Oh ya, bawa air minum paling tidak satu botol kecil saja, tidak usah membawa yang tidak perlu, cukup HP, kamera, dan air minum (Dompet? Saya gak bawa dompet, semua kartu saya tinggal di hotel, hanya membawa uang sekitar 300rb saja). Terakhir, please gak usah pakai make up tebal-baju bergelambir karena mau foto cantik ala princess! Hahaha dijamin sampai atas, make up sudah luntur kena keringat plus menghitam terkena debu dan sengatan matahari. Pakai baju yang simple saja supaya tidak terjerembab ketika memanjat. Cukup alam nya saja yang indah, dijamin, kalian juga akan terlihat indah kok!


Puncak Pulau Padar 

Saya naik ke puncak kedua sekitar 30 menit dengan jalan tidak berhenti. Nah, di batu tempat saya berdiri inilah salah satu spot tercantik buat mengambil foto latar pantai padar yang indah banget itu. Sebetulnya, masih ada puncak lagi yang lebih tinggi, sekitar 100 meteran lagi mendaki. Cuma karena waktu yang terbatas, saya cukup naik sampai disini saja karena view nya pun sudah indah banget. Setelah foto selama kurang lebih 20 menit, kami pun turun. Nah, turunnya pun harus ekstra hati-hati guys, karena super duper licin. Saya saja sampai jatuh 3 kali, padahal sudah berhati-hati. Niat untuk foto sepanjang jalan turun dan mengambil video pun batal karena saya lebih mengutamakan keselamatan diri dan kamera hehehe (lumayan kalau jatuh, karena sisi kiri-kanan nya jurang). Sampai di kapal, kami sudah basah kuyup keringat, padahal belum pukul 10 pagi loh. Nah, selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Komodo, Yaiy!


Pulau Padar


...... end of part 1.

Thursday 6 July 2017

Sepenggal Kisah di Bumi Pancasila

View di Gedung Imaculata, Ende


Perjalanan saya kali ini cukup jauh, saya mencoba menjajaki pulau flores, NTT, yang bagi sebagian orang, termasuk saya,adalah suatu daerah yang mungkin tidak akan pernah dijajaki. Biaya transportasi yang cukup mahal serta jarak yang jauh, membuat sebagian orang enggan mengunjungi wilayah tersebut. Ketertarikan saya pada pulau Flores berawal dari perasaan takjub melihat foto danau tiga warna di gunung kelimutu. It’s magical! Tiga buah danau dengan tiga warna yang berbeda dan berubah pada saat yang berbeda pula. Saya kemudian melakukan persiapan 6 bulan sebelumnya, mulai dari transportasi yang akan dinaiki, biaya perjalanan, tempat tinggal, destinasi apa saja yang akan didatangi, serta rute perjalanan. Saya dan tante sudah berencana untuk berangkat beberapa hari setelah lebaran, akan tetapi kapal penumpang yang akan berangkat menuju pulau Flores memiliki jadwal keberangkatan pada tgl 26 Juni, sehari setelah lebaran. Kapal penumpang baru akan memiliki jadwal lagi seminggu setelah lebaran sehingga kami memutuskan untuk memulai perjalanan kami pada tanggal 26 Juni.

Awalnya, rute perjalanan yang akan saya ambil adalah: Bima – Ende – Bima, dengan menggunakan kapal penumpang dan lama stay di Ende selama 1 minggu (biasanya, kapal penumpang memiliki jadwal pergi – pulang dengan interval 1 minggu). Perlu diketahui bahwa kapal penumpang adalah kapal dengan muatan penumpang cukup banyak sekitar 2000-3000 penumpang dan merupakan salah satu transportasi favorit di kepulauan NTB, NTT, hingga di Sulawesi. Bagi sebagian orang yang tidak memiliki budget banyak untuk pulang ke kampung halaman atau pergi ke pulau Jawa untuk menimba ilmu, transportasi ini adalah pilihan yang tepat. Biaya yang cukup murah serta mendapatkan konsumsi selama perjalanan membuat sebagian penduduk di pulau-pulau Timur ini memilih menggunakan kapal penumpang. Akan tetapi, bagi anda yang tidak memiliki waktu banyak, transportasi ini tidak bisa menjadi teman perjalanan anda karena waktu tempuh yang cukup lama. Lama perjalanan dari Surabaya menuju Bima adalah 48 jam, Bima-Ende 24 jam, yap! Selama satu hari penuh anda berada di atas kapal. Tetapi itu semua adalah pilihan, jika anda memiliki waktu yang sedikit dan budget besar, pesawat bisa menjadi pilihan anda, tetapi jika anda memiliki waktu yang panjang dengan budget kecil, kapal penumpang bisa anda pilih.

Saya kemudian mereschedule jadwal perjalanan saya seperti berikut:
Ø  Bima – Ende menggunakan kapal penumpang Awu dengan biaya Rp 162.000, lama perjalanan 24 jam, keberangkatan jam 15.00 (tiket bisa dibeli di agent PT. Pelni di kota atau langsung beli di loket pelabuhan, jangan kahwatir, tiket kapal biasanya selalu available, tidak pernah sold out. Kapal tidak berangkat setiap hari, sesuai jadwal)
Ø  Stay di Ende selama 4 hari 3 malam
Ø  Ende – Labuan bajo menggunakan pesawat wingsair dengan harga tiket rata-rata 300rb, lama perjalanan 45 menit, keberangkatan jam 07.25
Ø  Stay di Labuan bajo selama 2 hari 2 malam
Ø  Labuan bajo – Sape menggunakan kapal ferry dengan biaya Rp 60.000, lama perjalanan 6 jam, keberangkatan jam 10.00 (kapal ferry ini lebih kecil dari kapal penumpang, dan mobil dapat masuk ke atas kapal. Tiket dapat dibeli langsung di loket pelabuhan)
Ø  Sape – Bima – Dompu menggunakan mobil (Banyak alternative yg bisa dipakai, bisa menggunakan bis kecil dari Sape – Bima seharga 30rb, lalu Bima – ke kota lain seperti Dompu, Sumbawa, Mataram menggunakan bis besar dengan harga yang bervariasi antara 100-200rb, atau menggunakan rentcar dengan harga sekitar 300rb ke Bima)

Karena saya tinggal di Kota Dompu, jadi starting point saya dari Dompu. Anda bebas mengambil alternative mana saja, yang pasti, pesawat ke Kota Ende hanya ada yang direct dari Bali, sehingga anda harus mengambil rute ke Bali terlebih dahulu lalu melanjutkan perjalanan ke Ende. Jika anda ingin mengunjungi Labuan bajo terlebih dahulu, anda juga harus mengambil rute dari Bali. Jika anda berada di wilayah NTB, anda dapat menggunakan pesawat ke Bima lalu melanjutkan dengan naik kapal ke Ende, atau jalur darat hingga Sape kemudian menyebrang menggunakan Ferry ke Labuan bajo. Jika anda tinggal di Pulau Jawa, anda dapat menggunakan kapal penumpang awu dari Surabaya-Ende seharga Rp 450.000 selama 3 hari 3 malam atau menggunakan pesawat dengan rute Ende atau Labuan bajo. Labuan Bajo – ende dapat ditempuh dengan pesawat seharga 300rb atau jalur darat menggunakan travel dengan harga yang sama dengan waktu tempuh 12 jam dan jalan yang mendaki serta berkelok-kelok. Bagi anda yang mudah mabuk, saya sarankan menggunakan pesawat, tetapi jika ingin menikmati alam pulau flores, anda bisa menggunakan travel.

Gerbang masuk Kota Ende

Perjalanan menggunakan kapal awu selama 24 jam tidak terasa lelah karena saya menyewa kamar ABK seharga 500rb. Tersedia 2 kasur single, 1 sofa panjang, AC, kamar mandi dalam dengan toilet duduk, TV, dispenser, air minum dan ruangan yang bersih. Kapal Awu juga menyediakan servis makan 3x sehari dengan menu yang seadanya (tips: bawa makanan sebanyak-banyaknya, termasuk lauk yang tidak gampang basi, karena cafeteria kapal hanya menjual popmie dan snack). Sebetulnya, kapal tersebut terasa kotor dan sesak jika anda tidak menyewa kamar, karena kebanyakan penumpang tidur di lantai dan di ranjang susun yang disediakan. Demi kenyamanan dan keamanan, saya lebih rela merogoh kocek daripada harus tidur di lorong jalan, toh harga tersebut kami bagi bertiga. Kapal sempat berhenti selama 4 jam di pelabuhan Waingapu, Sumba Barat sambil menunggu jadwal keberangkatan berikutnya. Kapal Awu sampai di pelabuhan ipi, Ende pada pukul 16.00 dan akan disuguhi salah satu pemandangan terbaik di dunia. Bukit-bukit hijau yang menjorok ke laut dan kilauan air laut berwarna biru yang terkena pancaran matahari sore, indah sekali!


Detail kamar ABK Kapal Penumpang AWU
Situasi di Dek Kapal Penumpang Awu

Selama di Ende, saya tinggal di rumah keluarga sehingga saya kurang tau persis harga penginapan di Ende (anda dapat mengecek langsung di traveloka / agoda). Menurut saya, Kota Ende adalah surga tersembunyi di Bumi Flores. Bagaimana tidak, masyarakat tinggal di lereng gunung yang berbatasan langsung dengan pantai sehingga walaupun tinggal di tepi laut, udaranya sangat dingin dan sejuk. Kontur jalan nya berbukit-bukit dengan tatanan kota yang sangat rapih dan bersih. Oh ya, saya sangat jarang menemukan sampah di sepanjang jalan selama di Ende, bahkan di jalan trans menuju kota lain. Kota ini benar-benar bersih! Bahkan, satu hal yang membuat saya takjub adalah semua toilet umum yang saya temui sangatlah bersih! Tidak ada bau yang tidak sedap, coretan di dinding, apalagi sampah. Saya tidak meyangka, toilet di sebuah desa adat di tengah bukit, jauh dari modernisasi, sangatlah bersih dan wangi. Coba anda bandingkan dengan toilet tempat wisata di kota anda, mungkin Ende juaranya. 
Tampak Depan Rumah Pengasingan Bung Karno

Ketika sampai di Ende pada sore hari, kami langsung menuju ke situs rumah pengasingan bung karno. Yap, Bung Karno pernah diasingkan selama 4 tahun di Ende. Ia membawa serta sang istri (ibu inggit). Rumah ini terletak di tengah kota, cukup dekat untuk dijangkau. Antara pelabuhan, bandara, dan pusat kota juga berjarak cukup dekat, hanya sekitar 5-10 menit saja. Rumah bung karno tersebut sudah direnovasi akan tetapi mempertahankan bentuk aslinya. Bangunannya mungil dan indah, dikelilingi taman serta bunga. Di dalam rumah hanya terdapat ruang tamu serta 2 kamar tidur. Di belakang rumah terdapat kamar mandi, ruang sholat, dapur dan sumur. Tidak dipungut biaya untuk memasuki rumah ini akan tetapi terdapat kotak sumbangan untuk memberikan sumbangan seikhlasnya untuk pemeliharaan rumah.
Tampak Belakang Rumah Pengasingan Bung Karno

Selepas dari rumah bung karno, kami langsung menuju taman renungan bung karno / taman renungan pancasila yang hanya berjarak 5 menit. Di taman inilah bung karno biasanya menghabiskan waktu untuk merenung sambil menatap laut ende. Di taman ini juga, bung karno merenungkan dasar Negara kita yaitu pancasila di bawah pohon sukun yang memiliki 5 cabang. Terdapat patung bung karno berukuran besar yang sedang duduk memangku tangan menghadap laut ende. Selain itu, terdapat juga pohon sukun yang menjadi tempat berteduh bung karno selama berada di taman ini. Di sisi lain taman terdapat rumah adat Ende akan tetapi kondisinya kurang terawat. 
Pohon Sukun Tempat Bung Karno Berteduh

Demi mengejar sunset, kami langsung menuju ke tempat yang lebih tinggi yaitu di gedung imaculata atau yang biasa disebut teater bung karno. Teater ini adalah open teater dengan view langsung menghadap laut. Teater ini biasa digunakan untuk pementasan seni budaya dan berada di atas bukit. Salah satu spot yang ciamik untuk menikmati sunset di ende, proved!
Sunset di Gedung Imaculata / Teater Bung Krno

Perjalanan kami berikutnya adalah menuju Kampung Adat Bena di Kab. Bajawa. Lama perjalanan dari kota ende adalah sekitar 3-4 jam dengan jalan pegunungan yang sangat berkelok. Selama perjalanan, anda akan disuguhi pemandangan khas pegunungan yang sangat mengangumkan (mirip dengan alam pegunungan bukittinggi). Selain itu, anda akan melewati sebuah gunung berapi aktif yaitu gunung inierie yang terlihat jelas selama perjalanan. Savana yang cukup luas dengan kontur bergelombang juga menjadi salah satu pemandangan ciamik selama perjalanan. 3-4 jam perjalanan tidak akan terasa dengan pemandangan spektakuler ini. Mendekati kampung adat bena, akan terlihat jajaran rumah-rumah penduduk di puncak gunung dengan berbagai tanaman sayur-sayuran di pekarangan rumah. Yap, wilayah Ende-Bajawa merupakan salah satu wilayah penghasil sayur dan buah karena terletak di perbukitan dengan tanah yang subur dan udara yang dingin. Kampung adat bena terletak d tengah lembah dan berada cukup jauh dengan kampung penduduk setempat.

View Puncak di Kampung Adat Bena

Jalan Setapak di Kampung Adat Bena

Biaya masuk ke kampung ini adalah 20rb per orang dan setiap orang akan diberi kain selendang khas sebagai tanda masuk pengunjung dan dikembalikan setelah selesai. Kampung adat ini terdiri dari belasan rumah adat flores yang tersusun rapi. Selain itu terdapat beberapa tugu batu sebagai tempat untuk melakukan upacara adat. Terdapat penduduk asli yang tinggal di kampung ini dan melakukan kegiatan seperti biasa saat turis datang sehingga kami bisa menikmati suasana khas di kampung ini. Oh ya, di kampung inilah saya menemukan toilet yang super bersih, hebat kan! Oh ya, jangan lupa untuk mampir sejenak di perbatasan sebelum kembali memasuki wilayah ende untuk menikmati sebongkol jagung rebus yang superr manis, dijamin, akan kembali mengisi tenaga setelah seharian mengelilingi kabupaten bajawa.


Tiwu Nuwa Muri Koo Fai & Tiwu Atapolo

Destinasi kami selanjutnya dan merupakan destinasi utama di ende tentu saja adalah danau tiga warna kelimutu. Danau ini menjadi kebanggaan warga ende karena keunikannya dan mungkin di dunia hanya terdapat di negeri kita tercinta ini. Yap, gunung kelimutu memiliki tiga danau di puncaknya dengan tiga warna yang berbeda dan berubah warna di waktu yang berbeda pula. Dari segi ilmiah, jelas ini merupakan reaksi kimia/ganggang/reaksi alam lain, sedangkan jika ditilik dari sudut pandang penduduk asli, ketiga danau ini merupakan tempat berkumpulnya roh-roh para muda-mudi, orang tua, dan jiwa-jiwa yang sering melakukan kejahatan. Nah, lokasi taman nasional gunung kelimutu ini berjarak sekitar 1,5-2 jam perjalanan dari kota ende dengan jalan menanjak dan berliku. Oh ya, perlu diingat bahwa untuk melihat keindahan danau kelimutu sangat bergantung pada keberuntungan, why? Karena tidak setiap hari cuaca di puncak kelimutu cerah. Jika cuaca sedang buruk seperti berkabut, jelas kelimutu tidak akan bisa terlihat karena semua area akan tertutup kabut tebal, fiuh. Sialnya, kami berangkat pada hari pertama dengan harapan mengejar sunrise, akan tetapi, yang kami peroleh adalah kabut yang sangat tebal dengan jarak pandang hanya 5 meter. Hujan yang tidak kunjung berhenti dari tengah malam hingga pagi hari membuat puncak kelimutu tertutup kabut. Kami sekeluarga tetap tegar untuk menunggu dari pukul 6-10 dengan harapan kabut akan turun dan danau akan terlihat jelas. Akan tetapi, hujan gerimis dan dingin yang sangat menusuk serta kabut yang tidak kunjung hilang membuat kami harus menyerah dan harus kembali keesokan hari. Banyak sekali wisatawan yang kecewa karena mereka hanya memiliki satu hari untuk mengunjungi kelimutu. Sebagai tips, jika di ende pada hari sebelumnya hujan lebat, maka dapat dipastikan keesokan harinya di kelimutu akan tertutup kabut.

Pada hari kedua kami kembali menuju kelimutu. Kami sengaja berangkat pukul 6 pagi karena cukup kecewa dengan hari kemarin dan berharap cuaca cukup cerah di puncak. Oh ya, untuk menuju kelimutu anda bisa menggunakan jasa rentcar dan tourguide asli warga ende.  Kalau kami cukup menggunakan mobil pick up sambil menikmati indahnya view pegunungan ende. Sampai di taman nasional gunung kelimutu, anda akan ditarik biaya masuk 5rb per orang dan 20rb per kendaraan. Jarak perjalanan dari tempat parkir menuju dua danau pertama adalah sekitar 10-15 menit perjalanan dengan kontur tanah agak mendaki. Dua danau pertama letaknya bersebalahan dan memiliki warna hijau muda dan biru kehijauan (toska), sungguh indah! Kedua danau tersebut dapat diamati dengan jarak yang cukup dekat yang diberi pagar pembatas. Harap diingat untuk selalu waspada dan tidak bercanda jika sedang berada di pinggir danau karena jika terpeleset sedikit maka bisa terjatuh ke dalam danau.
Spot di Tepi Tiwu Atapolo

Setelah puas berfoto, anda wajib untuk melanjutkan perjalanan ke puncak tugu untuk melihat view danau dari tempat tertinggi. Dari puncak tersebut, anda dapat melihat langsung kedua danau dari arah yang berbeda dan juga dapat melihat danau ketiga yang letaknya bersebelahan dari kedua danau. Jarak antara dua danau pertama dan danau ketiga sekitar 10 menit menaiki tangga hingga ke puncak. Pemandangan di puncak tersebut sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata! Warna air danau yang berbeda, langit yang biru, serta lekukan gunung kelimutu menambah kekhidmatan pemandangan di puncak ini. Untungnya, saat kami datang, langit sangat bersahabat dan pengunjung juga tidak terlalu ramai sehingga kami dapat berfoto sepuasnya. Oh ya, sekitar pukul 12 ke atas, puncak kelimutu biasanya sudah tertutupi kabut lagi sehingga lebih baik anda datang di pagi hari. 
Tiwu Ata Mbupu

Terdapat banyak penjual makanan di sekitar danau. Makanan yang dijual berupa popmie, minuman hangat, kacang rebus, dan strawberry. Oh ya, saya kembali salut kepada warga ende yang sangat menjaga kebersihan, toilet disini super bersih, dengan closet duduk, tissue gulung, wangi, dan hampir setiap jam dipel dan dibersihkan oleh petugas, hebat kan? Mana ada di wana wisata pegunungan lainnya punya toilet sekece ini.  Dalam perjalanan pulang, anda dapat singgah ke penjual sayur dan buah di desa nduria, sekitar 45 menit dari taman nasional. Nah, karena pasar pinggir jalan ini berada di jalur wisata, jadi jangan kaget jika beberapa harga sayur-buah nya lebih mahal. Tetapi, rata-rata harga sayur-buah disini terbilang murah dibandingkan di tempat tinggal saya. Satu baskom labu siam berukuran isi sekitar 5-6 buah dihargai 10rb, begitu juga dengan sawi putih, kubis, bunga kol, kentang, dan wortel. Disini juga terdapat buah jeruk dan markisa yang super manis. Intinya berbelanja di tempat ini adalah tega menawar! Dijamin anda akan mendapatkan harga yang sesuai dengan kualitas sayur-buah nomor 1. 
Penjual Sayur dan Buah di Desa Nduaria
Hidangan di Salah Satu Cafe di Kota

Oh ya, karena selama di ende saya tinggal di rumah saudara, jadi saya kurang tau persis berapa harga makanan di warung/rumah makan sekitar kota. Pastinya, makanan yang dijual sudah sangat bervariasi dan tidak berbeda jauh dengan harga makanan di kota besar lainnya. Disini juga terdapat cafe cantik buat anda yang hobi nongkrong. Anda juga dapat menghabiskan sore di tepi pantai ria dan menikmati jajanan ringan. Pesona kota ini memang tidak ada habisnya. Toleransi antar umat beragama juga sangat tinggi karena di kota ini, aspek kekeluargaan lah yang dijunjung sehari-hari. Kota nya tentram, damai, jarang terjadi tindak kejahatan serta perkelahian. Warga nya taat pada peraturan dan selalu menjaga kebersihan di sekelilingnya. Mungkin, warga kota ende sangat mendalami nilai-nilai pancasila karena kebanggaan mereka sebagai tanah lahirnya dasar negara kita tersebut. Fiuh, panjang juga ya cerita dari ende nya, next chapter, Komodo!
Entrance Taman Nasional Gunung Kelimutu

Transportasi ke Ende:
-          Jalur udara: pesawat menuju ende dan biasanya transit di denpasar
-          Jalur laut: kapal penumpang menuju ende, bisa berangkat dari surabaya (3 hari 3 malam) atau dari Bima (1 hari 1 malam)
-          Jalur darat + Laut: menggunakan bis dari kota-kota di NTB seperti dari mataram, Sumbawa, Dompu menuju Sape, lalu menyebrang dengan kapal fery menuju labuan bajo, kemudian dilanjutkan perjalanan darat selama 12 jam ke ende.

Where to go in Ende:
-          Wisata memoral bung karno: rumah pengasingan bung karno, taman renungan pancasila, gedung imaculata (teater bung karno)
-          Rumah adat bena di bajawa (3,5 jam perjalanan dari kota ende)
-          Taman Nasional Gunung Kelimutu
-          Pantai Ria