View di Gedung Imaculata, Ende |
Perjalanan saya kali ini cukup jauh, saya mencoba menjajaki pulau
flores, NTT, yang bagi sebagian orang, termasuk saya,adalah suatu daerah yang
mungkin tidak akan pernah dijajaki. Biaya transportasi yang cukup mahal serta
jarak yang jauh, membuat sebagian orang enggan mengunjungi wilayah tersebut.
Ketertarikan saya pada pulau Flores berawal dari perasaan takjub melihat foto
danau tiga warna di gunung kelimutu. It’s magical! Tiga buah danau dengan tiga
warna yang berbeda dan berubah pada saat yang berbeda pula. Saya kemudian
melakukan persiapan 6 bulan sebelumnya, mulai dari transportasi yang akan
dinaiki, biaya perjalanan, tempat tinggal, destinasi apa saja yang akan
didatangi, serta rute perjalanan. Saya dan tante sudah berencana untuk
berangkat beberapa hari setelah lebaran, akan tetapi kapal penumpang yang akan
berangkat menuju pulau Flores memiliki jadwal keberangkatan pada tgl 26 Juni,
sehari setelah lebaran. Kapal penumpang baru akan memiliki jadwal lagi seminggu
setelah lebaran sehingga kami memutuskan untuk memulai perjalanan kami pada
tanggal 26 Juni.
Awalnya, rute perjalanan yang akan saya ambil adalah: Bima – Ende –
Bima, dengan menggunakan kapal penumpang dan lama stay di Ende selama 1 minggu
(biasanya, kapal penumpang memiliki jadwal pergi – pulang dengan interval 1
minggu). Perlu diketahui bahwa kapal penumpang adalah kapal dengan muatan
penumpang cukup banyak sekitar 2000-3000 penumpang dan merupakan salah satu
transportasi favorit di kepulauan NTB, NTT, hingga di Sulawesi. Bagi sebagian
orang yang tidak memiliki budget banyak untuk pulang ke kampung halaman atau
pergi ke pulau Jawa untuk menimba ilmu, transportasi ini adalah pilihan yang
tepat. Biaya yang cukup murah serta mendapatkan konsumsi selama perjalanan
membuat sebagian penduduk di pulau-pulau Timur ini memilih menggunakan kapal
penumpang. Akan tetapi, bagi anda yang tidak memiliki waktu banyak, transportasi
ini tidak bisa menjadi teman perjalanan anda karena waktu tempuh yang cukup
lama. Lama perjalanan dari Surabaya menuju Bima adalah 48 jam, Bima-Ende 24
jam, yap! Selama satu hari penuh anda berada di atas kapal. Tetapi itu semua
adalah pilihan, jika anda memiliki waktu yang sedikit dan budget besar, pesawat
bisa menjadi pilihan anda, tetapi jika anda memiliki waktu yang panjang dengan
budget kecil, kapal penumpang bisa anda pilih.
Saya kemudian mereschedule jadwal perjalanan saya seperti berikut:
Ø Bima – Ende menggunakan kapal penumpang Awu dengan biaya Rp 162.000,
lama perjalanan 24 jam, keberangkatan jam 15.00 (tiket bisa dibeli di agent PT.
Pelni di kota atau langsung beli di loket pelabuhan, jangan kahwatir, tiket
kapal biasanya selalu available, tidak pernah sold out. Kapal tidak berangkat
setiap hari, sesuai jadwal)
Ø Stay di Ende selama 4 hari 3 malam
Ø Ende – Labuan bajo menggunakan pesawat wingsair dengan harga tiket
rata-rata 300rb, lama perjalanan 45 menit, keberangkatan jam 07.25
Ø Stay di Labuan bajo selama 2 hari 2 malam
Ø Labuan bajo – Sape menggunakan kapal ferry dengan biaya Rp 60.000,
lama perjalanan 6 jam, keberangkatan jam 10.00 (kapal ferry ini lebih kecil
dari kapal penumpang, dan mobil dapat masuk ke atas kapal. Tiket dapat dibeli
langsung di loket pelabuhan)
Ø Sape – Bima – Dompu menggunakan mobil (Banyak alternative yg bisa
dipakai, bisa menggunakan bis kecil dari Sape – Bima seharga 30rb, lalu Bima –
ke kota lain seperti Dompu, Sumbawa, Mataram menggunakan bis besar dengan harga
yang bervariasi antara 100-200rb, atau menggunakan rentcar dengan harga sekitar
300rb ke Bima)
Karena saya tinggal di Kota Dompu, jadi
starting point saya dari Dompu. Anda bebas mengambil alternative mana saja,
yang pasti, pesawat ke Kota Ende hanya ada yang direct dari Bali, sehingga anda
harus mengambil rute ke Bali terlebih dahulu lalu melanjutkan perjalanan ke
Ende. Jika anda ingin mengunjungi Labuan bajo terlebih dahulu, anda juga harus
mengambil rute dari Bali. Jika anda berada di wilayah NTB, anda dapat
menggunakan pesawat ke Bima lalu melanjutkan dengan naik kapal ke Ende, atau
jalur darat hingga Sape kemudian menyebrang menggunakan Ferry ke Labuan bajo.
Jika anda tinggal di Pulau Jawa, anda dapat menggunakan kapal penumpang awu
dari Surabaya-Ende seharga Rp 450.000 selama 3 hari 3 malam atau menggunakan
pesawat dengan rute Ende atau Labuan bajo. Labuan Bajo – ende dapat ditempuh
dengan pesawat seharga 300rb atau jalur darat menggunakan travel dengan harga
yang sama dengan waktu tempuh 12 jam dan jalan yang mendaki serta
berkelok-kelok. Bagi anda yang mudah mabuk, saya sarankan menggunakan pesawat,
tetapi jika ingin menikmati alam pulau flores, anda bisa menggunakan travel.
Gerbang masuk Kota Ende |
Perjalanan menggunakan kapal awu selama 24 jam tidak terasa lelah karena saya menyewa kamar ABK seharga 500rb. Tersedia 2 kasur single, 1 sofa panjang, AC, kamar mandi dalam dengan toilet duduk, TV, dispenser, air minum dan ruangan yang bersih. Kapal Awu juga menyediakan servis makan 3x sehari dengan menu yang seadanya (tips: bawa makanan sebanyak-banyaknya, termasuk lauk yang tidak gampang basi, karena cafeteria kapal hanya menjual popmie dan snack). Sebetulnya, kapal tersebut terasa kotor dan sesak jika anda tidak menyewa kamar, karena kebanyakan penumpang tidur di lantai dan di ranjang susun yang disediakan. Demi kenyamanan dan keamanan, saya lebih rela merogoh kocek daripada harus tidur di lorong jalan, toh harga tersebut kami bagi bertiga. Kapal sempat berhenti selama 4 jam di pelabuhan Waingapu, Sumba Barat sambil menunggu jadwal keberangkatan berikutnya. Kapal Awu sampai di pelabuhan ipi, Ende pada pukul 16.00 dan akan disuguhi salah satu pemandangan terbaik di dunia. Bukit-bukit hijau yang menjorok ke laut dan kilauan air laut berwarna biru yang terkena pancaran matahari sore, indah sekali!
Detail kamar ABK Kapal Penumpang AWU |
Situasi di Dek Kapal Penumpang Awu |
Selama di Ende, saya tinggal di rumah
keluarga sehingga saya kurang tau persis harga penginapan di Ende (anda dapat
mengecek langsung di traveloka / agoda). Menurut saya, Kota Ende adalah surga
tersembunyi di Bumi Flores. Bagaimana tidak, masyarakat tinggal di lereng
gunung yang berbatasan langsung dengan pantai sehingga walaupun tinggal di tepi
laut, udaranya sangat dingin dan sejuk. Kontur jalan nya berbukit-bukit dengan
tatanan kota yang sangat rapih dan bersih. Oh ya, saya sangat jarang menemukan
sampah di sepanjang jalan selama di Ende, bahkan di jalan trans menuju kota
lain. Kota ini benar-benar bersih! Bahkan, satu hal yang membuat saya takjub
adalah semua toilet umum yang saya temui sangatlah bersih! Tidak ada bau yang
tidak sedap, coretan di dinding, apalagi sampah. Saya tidak meyangka, toilet di
sebuah desa adat di tengah bukit, jauh dari modernisasi, sangatlah bersih dan
wangi. Coba anda bandingkan dengan toilet tempat wisata di kota anda, mungkin
Ende juaranya.
Ketika sampai di Ende pada sore hari, kami
langsung menuju ke situs rumah pengasingan bung karno. Yap, Bung Karno pernah
diasingkan selama 4 tahun di Ende. Ia membawa serta sang istri (ibu inggit).
Rumah ini terletak di tengah kota, cukup dekat untuk dijangkau. Antara
pelabuhan, bandara, dan pusat kota juga berjarak cukup dekat, hanya sekitar 5-10
menit saja. Rumah bung karno tersebut sudah direnovasi akan tetapi
mempertahankan bentuk aslinya. Bangunannya mungil dan indah, dikelilingi taman
serta bunga. Di dalam rumah hanya terdapat ruang tamu serta 2 kamar tidur.
Di belakang rumah terdapat kamar mandi, ruang sholat, dapur dan sumur. Tidak
dipungut biaya untuk memasuki rumah ini akan tetapi terdapat kotak sumbangan
untuk memberikan sumbangan seikhlasnya untuk pemeliharaan rumah.
Selepas dari rumah bung karno, kami langsung
menuju taman renungan bung karno / taman renungan pancasila yang hanya berjarak
5 menit. Di taman inilah bung karno biasanya menghabiskan waktu untuk merenung
sambil menatap laut ende. Di taman ini juga, bung karno merenungkan dasar
Negara kita yaitu pancasila di bawah pohon sukun yang memiliki 5 cabang.
Terdapat patung bung karno berukuran besar yang sedang duduk memangku tangan
menghadap laut ende. Selain itu, terdapat juga pohon sukun yang menjadi tempat
berteduh bung karno selama berada di taman ini. Di sisi lain taman terdapat
rumah adat Ende akan tetapi kondisinya kurang terawat.
Demi mengejar sunset, kami langsung menuju ke
tempat yang lebih tinggi yaitu di gedung imaculata atau yang biasa disebut
teater bung karno. Teater ini adalah open teater dengan view langsung menghadap
laut. Teater ini biasa digunakan untuk pementasan seni budaya dan berada di
atas bukit. Salah satu spot yang ciamik untuk menikmati sunset di ende, proved!
Perjalanan kami berikutnya adalah menuju
Kampung Adat Bena di Kab. Bajawa. Lama perjalanan dari kota ende adalah sekitar
3-4 jam dengan jalan pegunungan yang sangat berkelok. Selama perjalanan, anda
akan disuguhi pemandangan khas pegunungan yang sangat mengangumkan (mirip
dengan alam pegunungan bukittinggi). Selain itu, anda akan melewati sebuah gunung
berapi aktif yaitu gunung inierie yang terlihat jelas selama perjalanan. Savana
yang cukup luas dengan kontur bergelombang juga menjadi salah satu pemandangan
ciamik selama perjalanan. 3-4 jam perjalanan tidak akan terasa dengan
pemandangan spektakuler ini. Mendekati kampung adat bena, akan terlihat jajaran
rumah-rumah penduduk di puncak gunung dengan berbagai tanaman sayur-sayuran di
pekarangan rumah. Yap, wilayah Ende-Bajawa merupakan salah satu wilayah
penghasil sayur dan buah karena terletak di perbukitan dengan tanah yang subur
dan udara yang dingin. Kampung adat bena terletak d tengah lembah dan berada
cukup jauh dengan kampung penduduk setempat.
Biaya masuk ke kampung ini adalah 20rb per
orang dan setiap orang akan diberi kain selendang khas sebagai tanda masuk
pengunjung dan dikembalikan setelah selesai. Kampung adat ini terdiri dari
belasan rumah adat flores yang tersusun rapi. Selain itu terdapat beberapa tugu
batu sebagai tempat untuk melakukan upacara adat. Terdapat penduduk asli yang
tinggal di kampung ini dan melakukan kegiatan seperti biasa saat turis datang
sehingga kami bisa menikmati suasana khas di kampung ini. Oh ya, di kampung
inilah saya menemukan toilet yang super bersih, hebat kan! Oh ya, jangan lupa untuk mampir sejenak di
perbatasan sebelum kembali memasuki wilayah ende untuk menikmati sebongkol
jagung rebus yang superr manis, dijamin, akan kembali mengisi tenaga setelah
seharian mengelilingi kabupaten bajawa.
Destinasi kami selanjutnya
dan merupakan destinasi utama di ende tentu saja adalah danau tiga warna
kelimutu. Danau ini menjadi kebanggaan warga ende karena keunikannya dan mungkin
di dunia hanya terdapat di negeri kita tercinta ini. Yap, gunung kelimutu
memiliki tiga danau di puncaknya dengan tiga warna yang berbeda dan berubah
warna di waktu yang berbeda pula. Dari segi ilmiah, jelas ini merupakan reaksi
kimia/ganggang/reaksi alam lain, sedangkan jika ditilik dari sudut pandang
penduduk asli, ketiga danau ini merupakan tempat berkumpulnya roh-roh para
muda-mudi, orang tua, dan jiwa-jiwa yang sering melakukan kejahatan. Nah,
lokasi taman nasional gunung kelimutu ini berjarak sekitar 1,5-2 jam perjalanan
dari kota ende dengan jalan menanjak dan berliku. Oh ya, perlu diingat bahwa
untuk melihat keindahan danau kelimutu sangat bergantung pada keberuntungan,
why? Karena tidak setiap hari cuaca di puncak kelimutu cerah. Jika cuaca sedang
buruk seperti berkabut, jelas kelimutu tidak akan bisa terlihat karena semua
area akan tertutup kabut tebal, fiuh. Sialnya, kami berangkat pada hari pertama
dengan harapan mengejar sunrise, akan tetapi, yang kami peroleh adalah kabut
yang sangat tebal dengan jarak pandang hanya 5 meter. Hujan yang tidak kunjung
berhenti dari tengah malam hingga pagi hari membuat puncak kelimutu tertutup
kabut. Kami sekeluarga tetap tegar
untuk menunggu dari pukul 6-10 dengan harapan kabut akan turun dan danau akan
terlihat jelas. Akan tetapi, hujan gerimis dan dingin yang sangat menusuk serta
kabut yang tidak kunjung hilang membuat kami harus menyerah dan harus kembali
keesokan hari. Banyak sekali wisatawan yang kecewa karena mereka hanya memiliki
satu hari untuk mengunjungi kelimutu. Sebagai tips, jika di ende pada hari
sebelumnya hujan lebat, maka dapat dipastikan keesokan harinya di kelimutu akan
tertutup kabut.
Pada hari kedua kami
kembali menuju kelimutu. Kami sengaja berangkat pukul 6 pagi karena cukup
kecewa dengan hari kemarin dan berharap cuaca cukup cerah di puncak. Oh ya,
untuk menuju kelimutu anda bisa menggunakan jasa rentcar dan tourguide asli
warga ende. Kalau kami cukup menggunakan
mobil pick up sambil menikmati indahnya view pegunungan ende. Sampai di taman
nasional gunung kelimutu, anda akan ditarik biaya masuk 5rb per orang dan 20rb
per kendaraan. Jarak perjalanan dari tempat parkir menuju dua danau pertama
adalah sekitar 10-15 menit perjalanan dengan kontur tanah agak mendaki. Dua
danau pertama letaknya bersebalahan dan memiliki warna hijau muda dan biru
kehijauan (toska), sungguh indah! Kedua danau tersebut dapat diamati dengan
jarak yang cukup dekat yang diberi pagar pembatas. Harap diingat untuk selalu
waspada dan tidak bercanda jika sedang berada di pinggir danau karena jika
terpeleset sedikit maka bisa terjatuh ke dalam danau.
Setelah puas berfoto, anda
wajib untuk melanjutkan perjalanan ke puncak tugu untuk melihat view danau dari
tempat tertinggi. Dari puncak tersebut, anda dapat melihat langsung kedua danau
dari arah yang berbeda dan juga dapat melihat danau ketiga yang letaknya
bersebelahan dari kedua danau. Jarak antara dua danau pertama dan danau ketiga
sekitar 10 menit menaiki tangga hingga ke puncak. Pemandangan di puncak
tersebut sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata! Warna air danau yang
berbeda, langit yang biru, serta lekukan gunung kelimutu menambah kekhidmatan
pemandangan di puncak ini. Untungnya, saat kami datang, langit sangat
bersahabat dan pengunjung juga tidak terlalu ramai sehingga kami dapat berfoto
sepuasnya. Oh ya, sekitar pukul 12 ke atas, puncak kelimutu biasanya sudah
tertutupi kabut lagi sehingga lebih baik anda datang di pagi hari.
Terdapat banyak penjual
makanan di sekitar danau. Makanan yang dijual berupa popmie, minuman hangat,
kacang rebus, dan strawberry. Oh ya, saya kembali salut kepada warga ende yang
sangat menjaga kebersihan, toilet disini super bersih, dengan closet duduk,
tissue gulung, wangi, dan hampir setiap jam dipel dan dibersihkan oleh petugas,
hebat kan? Mana ada di wana wisata pegunungan lainnya punya toilet sekece ini. Dalam perjalanan pulang, anda dapat singgah ke
penjual sayur dan buah di desa nduria, sekitar 45 menit dari taman nasional.
Nah, karena pasar pinggir jalan ini berada di jalur wisata, jadi jangan kaget
jika beberapa harga sayur-buah nya lebih mahal. Tetapi, rata-rata harga
sayur-buah disini terbilang murah dibandingkan di tempat tinggal saya. Satu
baskom labu siam berukuran isi sekitar 5-6 buah dihargai 10rb, begitu juga
dengan sawi putih, kubis, bunga kol, kentang, dan wortel. Disini juga terdapat
buah jeruk dan markisa yang super manis. Intinya berbelanja di tempat ini
adalah tega menawar! Dijamin anda akan mendapatkan harga yang sesuai dengan
kualitas sayur-buah nomor 1.
Oh ya, karena selama di
ende saya tinggal di rumah saudara, jadi saya kurang tau persis berapa harga
makanan di warung/rumah makan sekitar kota. Pastinya, makanan yang dijual sudah
sangat bervariasi dan tidak berbeda jauh dengan harga makanan di kota besar
lainnya. Disini juga terdapat cafe cantik buat anda yang hobi nongkrong. Anda
juga dapat menghabiskan sore di tepi pantai ria dan menikmati jajanan ringan. Pesona
kota ini memang tidak ada habisnya. Toleransi antar umat beragama juga sangat
tinggi karena di kota ini, aspek kekeluargaan lah yang dijunjung sehari-hari.
Kota nya tentram, damai, jarang terjadi tindak kejahatan serta perkelahian.
Warga nya taat pada peraturan dan selalu menjaga kebersihan di sekelilingnya.
Mungkin, warga kota ende sangat mendalami nilai-nilai pancasila karena kebanggaan
mereka sebagai tanah lahirnya dasar negara kita tersebut. Fiuh, panjang juga ya
cerita dari ende nya, next chapter, Komodo!
Transportasi ke Ende:
-
Jalur udara:
pesawat menuju ende dan biasanya transit di denpasar
-
Jalur laut:
kapal penumpang menuju ende, bisa berangkat dari surabaya (3 hari 3 malam) atau
dari Bima (1 hari 1 malam)
-
Jalur darat +
Laut: menggunakan bis dari kota-kota di NTB seperti dari mataram, Sumbawa,
Dompu menuju Sape, lalu menyebrang dengan kapal fery menuju labuan bajo,
kemudian dilanjutkan perjalanan darat selama 12 jam ke ende.
Where to go in Ende:
-
Wisata memoral
bung karno: rumah pengasingan bung karno, taman renungan pancasila, gedung
imaculata (teater bung karno)
-
Rumah adat
bena di bajawa (3,5 jam perjalanan dari kota ende)
-
Taman
Nasional Gunung Kelimutu
-
Pantai Ria
No comments:
Post a Comment